Di era digital saat ini, kemajuan teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi dan menikmati hiburan. Salah satu bentuk hiburan yang sangat populer adalah game online. Game seperti PUBG, Mobile Legends, dan Free Fire telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari banyak orang, terutama generasi muda di Indonesia.
Istilah ‘budaya’ berasal dari kata ‘buddhayah’, yang berarti produk dari akal dan pikiran manusia. Budaya mencakup segala aspek yang terkait dengan intelektual dan kreativitas manusia, mulai dari seni, moral, hukum, hingga kebiasaan sehari-hari. Menurut Edward Tylor, budaya adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Game sebagai produk budaya telah ada sejak lama dan selalu terkait erat dengan konteks sosial dan budaya di mana mereka dimainkan. Misalnya, permainan tradisional Mahjong di Taiwan mencerminkan nilai-nilai dan logika masyarakat Taiwan. Namun, dengan kemajuan teknologi, kita telah melihat munculnya game modern seperti PUBG, Mobile Legends, dan Free Fire yang tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga mempengaruhi budaya dan kehidupan sosial.
Fenomena Gangguan Bermain Game Online
Game-game ini menawarkan pengalaman bermain yang imersif dan kompetitif, yang bisa membuat pemainnya ketagihan. Fenomena ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak negatif dari penggunaan game yang berlebihan, yang dikenal sebagai Gangguan Bermain Game Internet (Internet Gaming Disorder atau IGD). IGD ditandai dengan penggunaan game online yang kompulsif dan berlebihan, yang berdampak negatif pada kehidupan pribadi, sosial, akademik, atau pekerjaan seseorang.
Dampak Negatif Game Online
- Kecanduan: Game seperti PUBG dan Free Fire dapat menyebabkan kecanduan, di mana pemain menghabiskan waktu berjam-jam bermain dan mengabaikan aktivitas sehari-hari yang penting.
- Gangguan Tidur: Bermain game hingga larut malam seringkali menyebabkan gangguan tidur, yang berakibat pada kelelahan dan penurunan produktivitas.
- Isolasi Sosial: Terlalu fokus pada dunia game online dapat menyebabkan isolasi sosial, di mana pemain lebih memilih berinteraksi di dunia maya daripada di dunia nyata.
- Masalah Kesehatan Mental: Penggunaan game yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
- Penurunan Prestasi Akademik: Banyak siswa yang mengalami penurunan prestasi akademik karena terlalu banyak bermain game dan kurang fokus pada pelajaran.
Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital
Untuk mengurangi dampak negatif game online, penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk mengedukasi diri mereka sendiri dan anak-anak tentang penggunaan teknologi yang sehat. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
- Membatasi Waktu Bermain Game
- Tetapkan jadwal harian untuk bermain game, misalnya hanya 1-2 jam setelah menyelesaikan tugas sekolah atau pekerjaan rumah.
- Gunakan aplikasi pengaturan waktu pada perangkat untuk membatasi akses ke game setelah waktu tertentu.
- Mendorong Kegiatan Fisik dan Interaksi Sosial di Dunia Nyata
- Ajak anak untuk berolahraga bersama, seperti bermain sepak bola, bersepeda, atau berjalan-jalan di taman.
- Dorong partisipasi dalam kegiatan komunitas atau klub yang sesuai dengan minat anak, seperti klub seni, musik, atau sains.
- Mengawasi Konten Game yang Dimainkan
- Pastikan game yang dimainkan sesuai dengan usia dan tidak mengandung konten kekerasan atau tidak pantas.
- Gunakan fitur kontrol orang tua pada konsol game atau perangkat untuk memantau dan membatasi konten yang dapat diakses.
- Memberikan Pemahaman tentang Pentingnya Keseimbangan antara Bermain Game dan Aktivitas Lainnya
- Diskusikan dengan anak tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara bermain game dan kegiatan lain seperti belajar, berolahraga, dan bersosialisasi.
- Buat jadwal harian atau mingguan yang mencakup waktu untuk bermain game, belajar, berolahraga, dan aktivitas sosial.
Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menikmati manfaat dari game online tanpa mengorbankan kesehatan mental dan kesejahteraan sosial. (Awaludin)
Sumber : Anggarani, Fadjri Kirana. “Internet Gaming Disorder: Psikopatologi Budaya Modern.” Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Buletin Psikologi, Vol. 23, No. 1, Juni 2015. (https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/10572/7967)